Sex & Drugs

     Namaku Sady, aku seorang pria berumur 29 tahun tinggi badanku sekitar 165cm, dengan berat badan 70kg. Di umurku yang sekarang aku sudah memiliki rumah, mobil, dan keluarga yang bahagia tentunya, namun keluarga dan kesuksesan yang aku dapati sekarang ini merupakan bagian dari kesalahan yang tidak aku sengaja dulunya.

    Ya ketika aku muda dulu aku sering sekali yang namanya berhubungan sex, ini sudah aku mulai semenjak aku masih duduk di bangku sekolah menengah pertam (SMP). Kebiasa sex bebas ini aku lakukan karena kurangnya kasih sayang dari orang tua,

    Faktor inilah yang membuat aku hidup seperti robot sex, di mana setiap harinya aku melakukan sex bahkan bisa 3 hingga 4 wanita, hanya saja semua berubah ketika aku bertemu dengan istriku yang sekarang.

    Tepatnya itu 4 tahun yang lalu, ketika umurku genap 25tahun, aku bertemu dengan Sabrina, Gadis cantik dan bahenol yang kebetulan 1 jurusan denganku di fakultas xxxxx jurusan informatika. Sabrina yang saat itu masih berumur 23tahun telah menyadra hatiku.

    Lekuk tubuhnya yang bahenol, dengan lingkar dada 34B dan pantat yang nungging menanjak, setiap halan terlihat seperti bebek, karena pantatnya yang bulat. Ini bukan tanpa sebab karena setelah aku selidiki dia merupakan salah 1 aktifis dari senam untuk ibu ibu rumah tangga.

    Setiap minggunya aku selalu menunggunya di lapangan xxx untuk melihat dia melakukan senam aerobic bersaama dengan ibu ibu rumah tangga yang merupakan muridnya, dia tanpa energik sekali ketika mengajar, bahkan bahasa sopan santunya nyentuh hati yang mendengarnya.

    Ya ini terdengar lebay namun begitulah aku memandangnya, dengan bentuk tubuh yang bagus dan sikap yang bagus pula, membuat aku yang notabennya F*boy berusaha mendekatinya, hanya saja karena status F*boy sudah melakan kepaku, membuatnya tetap menjaga jarak denganku.

    Aku yang sudah bersaha mati matian tidak di hiraukan olehnya, hanya saja gengsi yang besar tidak bisa mendapatkan mangsa membuat aku semakin terpacu setiap harinya. hari ini gagal, besok coba lagi, hingga akhirnya sabrina menyerah kepaku.

    "Sab, gimana hari ini?" sapaku.
    "Biasa aja nih San" jawabnya
    "Kira kira sore ada waktu ga? kalo ada jalan yuk" ajakku.
    "Sorry aku ga bisa, udah ada janji sama temen" jawabnya cepat.

    Tentu saja jiwa F*boy ini tidak terima di tolak mentah mentah gitu, jadi ketika pulang sekolah aku mengikutinya dari belakang, dan memang benar dia pergi dengan teman temannya ke sebuah mall di kawasan xxxx. Dari kejauhan aku menjadi stalker yang berusaha tidak di ketahui keberadaannya. setiap tingkah yang dia lakui, setiap tempat yang dia pergi aku selalu ikut.

    Tak terasa malam sudah tiba, mereka sudah ingin pulang, dan aku yang memang sedari tadi mengikuti Sabrina kesana kemaari, tetap menunggu Sabrina untuk pulang. Tiba tiba saja Hanphoneku berbunyi.

    "Ga mau nganterin pulang gitu? Emang ga cape cuma duduk duduk di situ aja dari tadi?" kata Sabrina dari telepon.
    "Ahhh, oke aku anterin" Aku yang kaget dengan ucapan Sabrina hanya menjawab seperti itu.

    Sesampainya di depan Sabrina aku langsung bertanya

    "Kok kamu tau aku ngikutin kamu?" tanya ku heran.
    "Tau lah, semua teman teman aku yang barusan juga tau kok" jawabnya sambil tesenyum.

    Aku ajak Sabrina naik ke mobilku, sambil ku tanya di mana alamat rumahnya. Dia hanya menuntunku untuk sampai ke rumahnya. Sesampainya di rumahnya aku kaget karena memang Sabrina ini anak orang yang sangat kaya.

    Mobil mewah terparkir di garasinya. Pintu yang berukuran 4x dari intu pada umunya, kolam renang, kolam ikan yang hampir memenuhi kamarkan jika di bandingkan dengan kamarku. Sebenarnya wajar saja mengingat pekerjaan ayahnya adalah seorang arsitek yang sering kali mensign gedung pencarakar langit di ibukota.

    Aku di persilahkan masuk ke dalam rumahnya, dan duduk ruang tamu. Sambil menunggu Sabrina aku hanya duduk dan menikmati minuman yang sudah di suguhkan oleh ART di rumah itu. Tak berapa lama Sabrina menghampiirku dengan baju tidurnya, baju tipis dengan celana pendek, bajunya sangat tipis sampai sampai aku bisa melihat puting mungilnya yang berwarna merah muda.

    Melihat barang bagus, Sandy junior tidak bisa diam, di langsung berdiri menantang celana dalamku untuk keluar dari sarangnya. posisi duduku pun jadi tak karuan untuk menutupi ereksi yang aku alami. Namun Sabrina lebih peka dari yang aku bayangkan, dia terus menerus melirik ke arah celanaku.

    "Napa? ngeliat gini aja ngaceng?" tanyanya blak blakan.
    "Ngeliat gini aja ngaceng, gimana ngeliat yang lain" sabungnya.
    "Yah abis gmna ya, barangnya bagus si, jadi wajar aja lah ya" balasku cengengesan.

    Kami tetap melanjutkan percakapan kami, hingga larut malam, jam sudah menunjukan jam 12:00 WIB, aku segera pamitan untuk pulang,

    "Udah malam banget nih, aku pulang dulu deh" pintaku.
    "Udah terlalu malam, bahaya nginep aja di rumahku" jawab Sabrina.

    Aku yang memang nunggu nunggu kesempatan ini tentu tidak menolak.

    "Ga enaklah, masa cowo nginep rumah cewe" jawabku malu malu.
    "Selow, di rumah lagi ga ada orang, bonyok (bokap nyokap) lagi sibuk kerja, kakak aku lagi keluar kota, jadi aku sendiri di rumah, paling cuma di temenin sama mbo, yahya, sama pak Malik security di depan" jawabnya

    Wew pucuk di cinta wulanpun tiba, aku anggukan kepalaku tanda aku setuju. Sabrina pun mengantarkaku ke kamar tamu yang ada di dekat ruang tamu.

    "Kamu tidur di sini ya, Kalo haus atau mau ke kamar mandi, kamu tinggal keluar dan belok kanan, di sana arah dapur, dan ada kamar mandi di sana" jelas Sabrina.
    "Oke siap bu" jawabku sambil senyum.

    Sabrinapun pergi ke kamarnya untuk tidur. begitu juga dengaku yang segera ingin tidur, karena memang sudah lelah. Tepat jam 3 pagi aku terbangun karena ini kencing, aku keluar dari kamar dan menuju arah yang tadi di jelaskan oleh Sabrina. 

    Di tengah perjalanan aku melihat keluar jendela aku melihat Sabrina yang lagi duduk di gazebo belakang rumahnya, setelah akucing aku putuskan untuk pergi ke gazebo tersebut, sesampainya di sana benar saja ternyata itu sabrina.

    Setelah ku dekati Sabrina tidak sadar dengan keberadaanku, setelah ku perhatikan lagi ternyata dia sedang menggunakan narkoba, Aku tidak pernah kepikiran bahwa Sabrina yang aku kenal akan seperti ini. terntu saja ini mambuat aku kaget.

    Tak berapa lama aku mendengar Sabrinan ngomong.

    "Kenapa, kaget ya liat aku yang kyak gini?"
    "Baru pertama kali liat cewe ngegele di rumah sendiri?"
    "Mau ga?"

    Sabrina terus mengoceh, dengan nada khas orang mabuk narkoba. Tiba tiba pak Malik datang.

    "Eh tuan Sandy, kok belum tidur?" sapanya.
    "Iya pak lagi nungguin di Sabrina" jawabku.
    "Oh yaudah kalau sudah ada yang jagain saya ke depan lagi ya tuan" jawab pak Malik.

    Hah? cuma gitu doang? berarti 1 rumah ini sudah tau dong kalo dia pakai narkoba bisiki dalam hati.

    "Udah jangan heran, semua emang udah pada tau, dan ada yang ngelarang / cepu juga di sini"
    "Kalo mau, nih" 

    Sabrina menwarkanku selinting ganja.

    Aku yang memang suka dengan barang ini tentu tidak menolak. ku ambil dan langsung ku bakar saat itu juga, akhirnya kami narkobaan berdua malam itu. Narkoba sudah habis sangepun datang, kira kira begitu lah kata yang tepat untuk para pemakai narkoba.

    Aku yang sudah sange berat, langsung mengambil posisi duduk di sebelah Sabrina. Sabrina yang tau maksudku langsung mengajaku masuk ke dalam rumah dan menuju kamar tamu. Sesampainya di dalam kamar, Sabrina yang kalem yang baik yang cantik dan imut tidak ada.

    Karena yang aku lihat saat itu adalah Sabrina yang haus sex. dia langsung melucuti bajunya hingga telanjang bulat di depanku. payudara yang butas berisi itu terpampang di depan wajahku. dengan sigap juga dia membuka celana dab ajuku.

    Kini kami berdua sudah dalam keadaan telanjang bulat. tanpa basa basi, Sabrina mengambil posisi jongkong dan mulai mengkulum penisku dengan ganas. setelah 5 menit berlalu, aku sudah merasa cukup. ku ankgat badan Sabrina ke kasur, ku rebahkan dia, ku mainkan payudaranya yang bundar.

    Ku jilat, emut, dan gigit kecil putingnya yang berana merah muda, tak lupa tanganku bermain di vaginanya, ku usap lembut vaginanya,ku masukan dan keluarkan jariku ke dalam vaginanya. kembali ke atas, ku jilati semua tubuhnya.

    Mulai dari lehernya, dadanya,m perutnya, pahanya, kakinya, hingga terakhir aku berhenti untuk menjilati vaginanya. Vaginanya yang sudah basah memancarkan bau khas vagina, sedikit berbau amis, karena cairan vaginanya banyak sekali.

    Ku jilati lubangnya, ku jilati juga kklitorisnya, semua bagian dari vaginanya ku jilati, hingga suarat desahan dari mulutnya keluar terus menerus tanpa henti "Ahhh.. ahhh..h.h.h..." terakhir aku menjilati lubang anusnya yang putih bersih. Merasa sudah cukup melakukan oral aku mulai mengarahkan penisku ke arah lubang vaginanya.

    Ku pastikan masuk dengan mulus dan aman, suara desananya mulai terdengar lagi, "Ahhh" suarar desahan yang begitu erotis membaut nafsuku semakin memuncak, ku goyangkan pinggangku, maju mundur, ku genjot perlahan, ku naikan temponya ke sedang dan ku naikan lagi menjadi lebih cepat.

    Desahan demi desahan tak karuan keluar dari mulut Sabrina, Kini kami berganti gaya dengan Sabrina jongkok di ata penisku, di arahkannya penisku ke lubang vaginanya yang sudah basah bless, teenggalan sudah penisku di lubang vaginanya.

    Tak terasa 30 menit sudah berlaku semenjak kami melakukan sex, kini aku sudah merasa mau keluar, sementar itu Sabrina masih nafsu menggenjotkan pantanya naik turun. Sabrina sudah ku berikan kode bahwa aku sudah mau eluar, namun dia malah mempercepat gerakannya.

    Karena sudah tidak tahan akhirnya aku keluar, namun di dalam vagina Sabrina. Sabrina bak kesurupan tetap menggenjotkan tubuhnya, tak berapa lama berselang, terasa cairan hangat di batang penusku. tubuhnya menggelian keenakan dan langsung berbaring lamas di sampingku.

    Efek narkoba sudah habis, sex juga sudah, akhirnya kami berdua tertidur tanpa busana di kamar tamu. paginya bertapa kagetnya aku ketika aku bangun ternyata sudah jam 11 siang, yang berarti aku telat masuk kuliah. ku lihat Sabrina juga tidak masuk kuliah hari ini, dia masih berada di sampingku dengan posisi telanjang.

    Tiba tiba pintu kamarku di ketuk.

   "Maaf tuan, ada nona Sabrina di dalam ya?" tanya mbo Yahya dari luar pintu.
    "Saya masuk ya tuan, soanya tadi bapak teleon dia sudah mau pulang" lanjut mbo Yahya

    Tanpa aku menjawab mbo Yahya masuk ke dalam kamar, dengan aku dan Sabrina yang masih telanjang bulat.

    "Tadi keluarin di dalam apa di luar?" tanya mbo Yahya.
    "Di dalam mbo" jawabku kagok.
    "Oalah, yasudah, pakai bajunya dan lanjtu tidur saja, biar si mbo yang pindahin nona ke kamarnya" lanjut mbo Yahya.
    "Ehh ga apa nih mbo, tadi katanya ayam Sabrinya sudah mau pulang, kalo saya masih di sini nanti dia marah" tanyaku.
    "Tuan besar itu orang baik, jadi ga mungkin maraha, simbo cuma ga mau tuan besar tau aja kalau nona kelakuannya seperti ini" jelas mbo Yahya.

    Segera setelah mbo Yahya keluar dari pintu, aku langsung menggunakan baju dan celanaku, dan lanjut tidur. Aku terbangun lagi sekitar jam 2 siang, ketika ada yang mengetuk pintu kamarku. Tarnyata itu adalah Sabrina yang sudah bangun, dia membangunkanku dengan maksud mengajak aku makan.

    "San, bangun udah siang, makan dulu yuk" katanya dari balik pintu.
    "Itu juga udah ada baju sama celan, nanti mandi dulu ya dan ke ruang makan langsung" jelasnya.
    "Oke" jawabku singkat.


    Ternyat baju dan celana sudah di siapkan oleh mbo Yahya sedari tadi, hanya saja aku yang tidak sadar. Singkat cerita aku sudah mandi dan kini menuju ruang makan yang di maksud Sabrina tadi. Di sana sudah ada ayah Sabrina om Heru, dan ibu Sabrina tante Sasa.

    "Siang om, siang tante" sapaku.
    "Iya siang, kamu sandy ya? tadi Sabrina sudah banyak cerita sama om, katanya kamu udah naksir Sabrina dari lama ya?" Tanya om Heru
    "I... Iya om" Jawabku grogi.
    "Jangan grogi, om cuma tanya gitu aja, kamu grogi, jangan takut juga" Jelas om Heru.
    "Iya nak Sandy jangan grogi gitu, om sama tane ga makan orang kok" lanjut tante Sasa.
    "Eh heheh iya om tante" jawabku sambil senyum.
    "Ayo di makan dulu, om sama tante sudah laper nih" Sambung om heru.

    Singkat cerita makan sudah selesai, dan semuanya sudah kembali ke rutinitas masing masing. Akupun berniat untuk segera pulang karena sudah seharian aku ga pulang ke rumah, sudah pasti aku di cariin oleh orang tuaku.

    "Nak Sandy sudah mau pulang ya? Sini sebentar ngobrol sama tante di belakang" Panggil tante Sasa.
    "Oh iya tan, sebentar ya" jawabku.

    Sabrina yang menemaniku tidak memberikan reaksi apa apa, dan hanya mempersilahkan aku untuk bertemu dengan ibunya.

    "Coba kamu jujur sama tante, kamu sudah tau kan Sabrina yang asli itu kyak gmna?" tanya tante Sasa sesmpainya aku di gazebo.
    "Maksudnya tan? saya kurang paham" Jawabku kaku.
    "Kamu jangan berbohon sama tante, tante tau anak tante seperti apa, termasuk apa yang di lakukan tiap malam, hanya saja ini tante yang tau, Om tidak tau tentang anaknya" jelas tante Sasa.

    Singkat ceritanya, aku di ceritakan semuanya, kenapa Sabrina menggunakan obat terlarang, dan lain macam sebagainya. Pada intinya Sabrina itu sama seperti aku, sama sama berasal dari keluarga yang kurang harmonis, dan tante Sasa yang ada di depanku adalah ibu tirinya. sementara ibu kandungnya sudah lama meninggal tanpa sepengetahuan Sabarina.

    Di akhir cerita, kini Sabrina sudah tau semuanya, dan juga alasan kenapa ayahnya tidak memberi tau Sabrina bahwa ibu kandungnya sudah meninggal. Dan seperti di awal, kini kami menikah dan Sabrina sedang mengandung anak pertama kami.

Cerita ini hanya karya fiksi belaka, maaf bisa ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian, waktu kejadian. Suport terus 899sports untuk selalu menhadikan konten seperti ini jika tertarik, jangan lupa di share dan bagikan ke temann anda agar semakin banyak yang membaca.



Comments

Popular Posts